Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Debat Pilpres, Kontestasi Demokrasi yang Menyayat Hati !!



Oleh : Slamet Sugianto


Debat Pilpres kali ketiga seolah menguak wajah kontestasi yang menyayat hati. Mulai dari Ndasmu Etik hingga sinyalemen Pintar atau Goblok memenuhi ruang publik, lebih menonjol sebagai gimmick daripada substansial. Alutsista bekas dari anggaran terbatas. Lebih dari 50 persen prajurit TNI tidak memiliki rumah. Sebaliknya, penguasaan lahan apapun statusnya oleh Pengpeng & Oligarki adalah kenyataan. Belakangan, Kapuspen TNI merilis program pengadaan perumahan.


Krisis kedaulatan dalam bidang perdebatan tak tersentuh. Krisis kedaulatan hankam, polugri, geopolitik, dll., adalah kasat nyata. Mewujudkan kedaulatan secara mandiri masih menjadi fatamorgana.


Di tengah jebolnya sistem informasi Kemenhan oleh hacker, IKN PPU dekat selat kategori ALKI 2, Polugri Bebas & Aktif yang diterjemahkan sebagai dikooptasi oleh China & Amerika, & mendukung kemerdekaan Palestina tetapi membuka pintu perdagangan dengan Israel semakin menganga.


Kontestasi elektoral bulan depan sebentar lagi. Tepatnya hari Rabu, 14 Februari. Masih tersisa persoalan sebagai kanal perubahan. Mulai dari DPS bermasalah sejumlah 52 juta, hasil audit 337 juta data Dukcapil yang dibobol belum dirilis, belum ada proyek pemutakhiran data lintas sektoral sejak KPU jaman Chusnul Mariyah, & bayang-bayang potensi kecurangan TSMB.


Banyak orang berpreferensi politik memilih orang. Dari kantong suara yang ditentukan. Di tengah banyak pertanyaan sebagai harapan tumpuan. Memilih orang yang mewakili melanjutkan atau melakukan perubahan. Dari tatanan nilai yang telah & sedang disediakan.


Muncul ilusi kontestasi ujung akhir hasil kontestasi. Kompetisi biar nampak sebagai seleksi. Tetapi jamak akan ada kompromi. Kabinet koalisi gemuk nampaknya akan terealisasi. Wujud dari rationalisasi kekuatan parlemen ke depan tidak ada yang dominan. Seandainya Paslon 2 yang akan jadi. Pasti Paslon yang lain akan diakomodasi. Misalnya melalui bagi-bagi menteri. Tercermin dari motif politik sebuah ormas besar mencopot salah satu pimpinan.


Tidak ada ruang dakwah sebagai kanal perubahan. Dianggap pemikiran out of the box. Padahal memilih pemimpin dan sistem kepemimpinan adalah suatu keniscayaan. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW & para pendahulu. Untuk apa memilih pemimpin dengan sistem kepemimpinan yang merugikan. Sebagai seorang Muslim, saya akan memilih pemimpin Muslim yang menjalankan sistem kepemimpinan Islam.

Posting Komentar

0 Komentar