Latihan Gabungan Garuda Shield-15, Dosen Hubungan Internasional Ini Ingatkan untuk Waspada dan Jangan Sampai Dimanfaatkan
PKAD—“Indonesia jangan polos. Karena selalu saja ada kepentingan negara asing yang disisipkan melalui media apapun termasuk latihan gabungan ini”, tegas Budi Mulyana dalam sebuah diskusi virtual bersama Pusat Kajian Analisis Data (PKAD), Jumat (30/7/ 2021).
Diskusi insight #55 PKAD kali ini menyoroti apakah kedatangan tentara militer Amerika, dapat dikatakan sebagai implikasi kedigdayaan militer? Hadir tiga narasumber, yaitu Khairul Fahmi, dari Institute For Security And Strategic Studies (ISESS). Kemudian Marsekal Muda Tni (Purn) H. Amirullah Amin, seorang Pengamat Militer. H. Budi Mulyana, S.IP, M.Si, Dosen Hubungan Internasional. Acara disiarkan secara live di channel youtube PKAD dan aplikasi zoom.
Menurut Budi, wajar jika latihan bersama Garuda Shield ke-15 tentara Indonesia dan Amerika Serikat menjadi kontroversi. Pertama dilakukan dimasa pandemi. Kedua pemberitaan media yang bombastis dengan menyebutkan sebagai “latihan terbesar” dengan visualisasi kedatangan mereka. Maka dari itu harus ada informasi yang proporsional agar masyarakat tidak kaget dan dapat menempatkan peristiwa ini dengan semestinya.
Dalam konteks perspektif hubungan internasional, sebenarnya ini adalah kegiatan yang biasa. Indonesia sudah bekerjasama dengan Amerika cukup lama. Bahkan bisa dikatakan indonesia adalah sekutu kuat Amerika di Asia Tenggara. Sehingga wajar sebagai sekutunya, Amerika mengadakan latihan bersama dengan indonesia.
Dari sekian negara yang bekerjasama dengan Indonseia, mengapa latihan gabungannya dengan Amerika? Menurut Budi Mulyana, ini menunjukkan bagaimana posisi indonesia. “Clear, dalam konteks global kita lebih dekat dengan mana”, tukasnya.
Berikutnya, sebagai sebuah negara yang berdaulat indonesia harus tetap waspada. Amerika dalam hal ini membutuhkan informasi lapangan terkait dengan pemetaan geografis Indonesia. Latihan-latihan seperti ini akan menjadi informasi tambahan untuk mereka. Belum lagi ketika terjadi interaksi sosial antar prajurit.
“Jangan sampai ada oknum perpanjangan tangan kepentingan Amerika di tubuh TNI. Misalnya dalam hal pengadaan alutsista”, Budi Mulyana mengingatkan.
Indonesia juga harus waspada tehadap doktrin-dokrtin kemiliteran yang akan mengubah jati diri militer indonesia. Amerika tidak sekedar mengirimkan para tentara dengan segenap peralatan perangnya, namun tentu punya tujuan yang ingin diraih. “Dalam hal ini harusnya intel-intel Indonesia bisa membacanya, jangan sampai kita dimanfaatkan”, tegasnya.
Acara berlangsung lancar dan mendapat atensi luar biasa dari penonton. Diskusi ini menambah khazanah baru memahami dunia militer.
0 Komentar