Home

Elon Musk membahas soal Khilafah dihadapan ribuan undangan dalam agenda yang besar, agenda yang gak main-main yakni konferensi pemimpin negara-negara pemerintahan dunia atau KTT Pemerintahan Dunia dengan tema "Membentuk Pemerintah-Pemerintah Masa Depan” yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 13 dan 14 Februari kemarin. Ia mengatakan bahwa “Jika Anda melihat naik turunnya peradaban sepanjang sejarah, peradaban telah bangkit dan jatuh, tetapi itu tidak berarti malapetaka umat manusia secara keseluruhan, karena mereka telah diberikan semua peradaban terpisah yang dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh, Musk juga mencontohkan terkait sejarah jatuhnya Roma sementara umat Islam bangkit dengan ke-Khilafahan-nya sebagai contoh peradaban yang menghasilkan pelestarian pengetahuan dan kemajuan ilmiah. "Ketika Roma runtuh, Islam bangkit, Anda memiliki kekhalifahan yang baik sementara Roma buruk. Dan itu akhirnya menjadi sumber pelestarian pengetahuan dan banyak kemajuan ilmiah," katanya dikutip dari foxbussines.com. CEO Tesla ini berani mengatakan kata 'Khilafah' dihadapan ribuan undangan dari berbagai negara tersebut bahkan memuji kemajuan peradaban ketika khilafah tegak pada masa lalu. Dari sini kita sebagai muslim seharusnya malu, seorang Atheis saja memuji kemajuan peradaban Islam, kenapa malah ada dari segolongan kita justru enggan serta menghadang orang yang memperjuangannya, mempersekusi orang yang mendakwahkannya dan juga menolaknya, dengan alasan takut negaranya nanti berperang, terpecah belah atau alasan yang konyol lainnya, ini justru menampakkan kejumudan kita dan kelemahan kita, kalau kita tidak percaya diri dengan ajaran agama kita berarti memang perlu dibenahi iman kita, agar bisa kembali lagi kejalan yang lurus. www.pojokkota.com

Maunya Win Win Solution dalam Permenkes No.52 Tahun 2016


PKAD—"Maunya win win solution," begitulah statment yang dilontarkan Dr. dr. HM Rudiansyah, M.Kes., SpPD., KGH, FINASIM - IDI dalam Insight # 100 Pusat Kajian Dan Analisis Data. Acara ini diselenggarakan Jum'at (12/11/2021) bertema "Pemenkes No 52 Tahun 2016, Nakes Sejahtera Atau Sengsara? ".


dr. Rudiansyah menyampaikan kondisi di lapang ketika sebelum BPJS dan setelahnya. Ada perbedaan pemikiran antara ASKES dengan BPJS. ASKES walaupun BUMN tetep berpikir mencari untung, sedangkan BPJS tidak sehingga harus mengurangi pengeluaran. Walaupun jumlah kapitasi BPJS lebih besar, akan tetapi dari sisi penyediaan obat - obatan tidak bisa melayani obat yang tidak ada di dalaam paket.


Ada beberapa catatan dari kebijakan BPJS terkait dengan tingkatan vaskes. Beliau memaparkan bahwa Rumah Sakit A yang merupakan merupakan rujukan terakhir pelayananya belum sesuai dengan vaskes 3. 


“Pasalnya, perhitungan paket tidak sesuai. Ada yang terlalu tinggi dan ada yang terlalu rendah. Akibatnya biaya yang harus dikeluarkan besar tapi dihitung sedikit. sehingga terjadi pembengkakan biaya. Beliau menyampaikan BPJS pernah jebol 9 milyar,”tambahnya.


Terkait pembatasan kapitasi tiap vaskes yang tidak sesuai dengan kemampuan, dan adanya kebijakan untuk pihak swasta yang dokternya harus stand by beliau menyampaikan ini merupakan ketimpangan. Sehingga pemerintah dan organisasi profesi ini butuh duduk bersama untuk membuat aturan agar tidak terjadi ketimpangan. 


IDI pun membuat penyikapan terkait PMK 52 ini dengan membentuk badan otonom terkait biaya yang pantas untuk diberikan kepada dokter kemudian dimajukan kepada Kemenkes. Agenda PKAD berlangsung lancar. Ini menjadi daya tarik praktisi kesehatan dan dunia kedokteran.[]

Posting Komentar

0 Komentar