Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Miris, Indonesia Kaya SDA tapi Utang Menumpuk

 


PKAD--Peneliti LANSKAP Ainul Mizan mengatakan dalam diskusi yang bertajuk "Siapakah Bapak Penghutangan Indonesia" di chanel Youtube PKAD Jum'at (5/11/21), bahwa utang Indonesia dalam satu tahun terakhir pada bulan oktober 2021 ini mengalami penambahan sebesar 550,6 trilyun. Alasan negara berutang karena dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan belanja negara. 


"Negara beralasan berutang karena untuk memenuhi kebutuhan belanja negara terkait dengan pendidikan, pemulihan ekonomi apalagi di masa pandemi, di samping minimnya pemasukan negara dari pajak sehingga utang itu menjadi sumber kedua setelah pajak,"kata Ainul. 


Kemudian Ainul menyatakan, negara sekaya Indonesia tidak pantas jika hutangnya menumpuk, bahkan menurut catatan bank dunia, Indonesia berada pada peringkat ke tujuh sebagai negara pengutang terbesar. 


"Ini menjadi hal yang miris, kok bisa sebuah negeri yang disebut dengan zamrud khatulistwa kemudian dari segi kekayaan alam dan sumber daya melimpah tapi lantas hutangnya bertumpuk," tuturnya


Lalu Ainul menyampaikan, agar Indonesia terlepas dari jeratan utang maka Indonesia harus bercermin pada uni soviet yang tidak mau menerima bantuan dari AS, karena Uni Soviet mengetahui kalau utang itu akan menjerat dan melemahkan ideologinya, seperti apa yang dialami oleh Jerman Barat. 


"Pada tahun 1947 hingga 1951 ketika AS mengajukan Marshall Plan yang digunakan untuk membantu perekonomian dan industri di negara-negara Blok Barat terutama di eropa, yang tujuan sebenarnya adalah untuk melemahkan pengaruh Ideologi Komunisme di Eropa. Pada waktu itu Jerman Barat menerima tapi tidak dengan Uni Soviet karena dia melihat itu,"ujar Ainul


Oleh karena itu menurut Ainul, Indonesia sebagai negeri yang mayoritas beragama Islam, harus percaya dengan ideologi Islam dan mengambilnya sebagai ideologi yang mengatur kebijakan negara. 


"Mengambil Islam tidak hanya sebagai agama ritual tapi juga sebagai Ideologi, ini yang utama," tutupnya.

Posting Komentar

0 Komentar