Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Agung Wisnuwardana: Empat Masalah Di Seputar Rakyat Teriak Minyak Goreng

 


PKAD—Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) mengadakan diskusi online “Taipan Sawit Makin Tajir saat Rakyat Teriak Migor”, Selasa (14/6/2022) pukul 15.30-17.00 WIB. Diskusi ini dimaksudkan untuk mengedukasi masyarakat terkait penyebab utama kelangkaan minyak goreng. Sebagai pembicara, Agung Wisnuwardana (Direktur Indonesian Justice Monitor) dan Muhammad Hatta (ekonom syariah). Peserta sejumlah 1.247 orang melalui streaming YouTube PKAD.


Agung menyampaikan bahwa sejak pandemi, harga CPO naik secara tajam. Hal ini mengakibatkan ada pihak yang sangat diuntungkan dan ada pihak yang sangat dirugikan. 


“Bagaimana bisa terjadi kelangkaan padahal produksi melimpah. Mekanisme harga minyak goreng juga ditetapkan mengikuti harga internasional seperti yang terjadi pada bahan bakar minyak,”jelasnya.


Upaya yang dilakukan dengan membatasi ekspor ternyata juga tak mampu memberi solusi. Kekuatan negara tidak mampu mengendalikan kekuatan para kartel. Penguasaan lahan terbesar adalah milik perusahaan swasta.


Agung menambahkan, “Ada ketidakadilan dalam penguasaan lahan di Indonesia. Siapa yang memiliki akses maka akan memiliki aset contohnya Salim dan Eka Cipta. Selain memiliki lahan sawit, mereka juga memiliki tambang dan hutan tanaman industri. Dengan penguasaan lahan yang luas maka dapat menguasai produksi CPO, minyak goreng bahkan mall untuk pemasarannya. Jadi menguasai hulu sampai hilir.”


Berkaitan dengan sistem politik Indonesia, Agung membeberkan jika saat ini adalah korporatokrasi atau oligarki. Hasil dari usahanya digunakan untuk membeli dan membiayai politik sehingga kekuasaan dapat dipegang. Bila kekuasaan sudah ditangan maka dapat dengan mudah membuat mekanisme harga yang sesuai dengan yang diinginkan. Sistem yang ada saat ini merupakan suatu benang kusut yang harus dibenahi.


Agung menyampaikan beberapa poin penting berkaitan dengan persoalan ini. 


Pertama adalah sistem di negara kita adalah liberalisme kapitalisme sehingga 1 % liberalis menguasai 70 % lahan kelapa sawit. 


Kedua yaitu kekuatan modal. Kebun kelapa sawit membutuhkan dana besar yang sumbernya adalah dari perbankan dan asuransi. Perbankan dan asuransi ini mengumpulkan dan mengeksploitasi dana dari rakyat untuk membiayai kelapa sawit. 


Ketiga yaitu mekanisme distribusi. Pembatasan ekspor dilakukan, barang tidak keluar namun kelangkaan minyak goreng tetap terjadi. Berarti ada masalah penimbunan minyak goreng yang terjadi di dalam negeri. 


Keempat adalah mekanisme harga internasional yaitu adanya regulasi pasar berjangka, meningkatkan keuntungan namun tidak riil.


Sistem politik di negara kita tidak adil sehingga perlu ditata ulang. Dari minyak goreng kita belajar bahwa tata kelola negeri menunjukkan kerusakan. 


“Bahwa sistem yang rusak itu adalah kapitalisme liberalisme. Apa solusinya? Solusinya adalah penerapan syariat Islam secara kaffah yang merupakan rahmat bagi seluruh manusia,”serunya.

Posting Komentar

0 Komentar