Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

PKS Akhirnya Jagokan Anies Jadi Capres


Road to 2024 (10): PKS Akhirnya Jagokan Anies Jadi Capres

Oleh Hanif Kristianto (Analis Politik-Media di PKAD)


  Lebih awal lebih potensial dan optimal. Karena itulah PKS pada Kamis, 23 Februari 2023 telah mendeklarasikan Anies Rasyid Baswedan (ARB) sebagai Capres di Pilpres 2024. Sebuah lompatan besar dari PKS menyusul Partai Nasdem. Terdapat 3 alasan penting PKS menjagokan Anies jadi Capres yang disampaikan Presiden PKS Ahmad Syaikhu.


Pertama, ARB adalah sosok pemimpin yang memiliki karakter nasionalis religius. Darah birunya karena kakeknya adalah seorang pahlawan nasional AR Baswedan. Harapannya darah biru dari kakek sebagai pejuang yang mendapat gelar pahlawan nasional akan menurun dan diwarisi oleh Saudara Anies Rasyid Baswedan. Kemudian, Anies juga dinilai bisa memadukan nilai nasionalisme dan religiositas. PKS berpandangan bahwa unsur agama dan nasionalis saling berkesinambungan.


Kedua, ARB juga sosok pemimpin yang bisa memadukan antara nilai-nilai nasionalisme dengan religiositas. Menjadi satu kesatuan yang padu dan utuh tidak terpisahkan. Agama menjadi inspirasi bagi nasionalisme, dan nasionalisme memuliakan peran-peran agama.

 

Ketiga, PKS menilai bahwa ARB adalah sosok pemimpin yang memiliki rekam jejak yang mumpuni. ARB menjadi simbol perubahan bagi kemajuan pembangunan. Itu sudah dibuktikan ketika membangun daerah ibu kota DKI Jakarta. 


  Pasca dukungan Anies sebagai Capres, beberapa DPW PKS pun riang gembira sekaligus memanaskan mesin politik. Konsolidasi awal ini menjadi penting sebab selama dua periode pemerintahan Jokowi, PKS memilih menjadi oposisi. Berbeda dengan kondisi sebelumnya yang menjadi koalisi Demokrat di pemerintahan SBY.


Anies Tambah Laris


  ARB yang memang sejak awal digadang-gadang sebagai the next presiden 2024 tampaknya mendapat angin segar dari beberapa partai politik. Meski NASDEM kerap blunder dengan statemen yang kontroversial perihal Anies yang oleh buzzer sudah disematkan sebagai pengusung politik identitas. Padahal faktanya ARB tak terafiliasi kepada kelompok yang dituding radikal.


  Sebelum pencapresan ARB oleh PKS, Dubes AS untuk RI Sung Yong Kim telah bertandang ke kantor DPP PKS. Silaturahim ini menjadi sinyalemen bahwa AS juga tak ingin kehilangan momentum dalam konstelasi politik di Indonesia menjelang 2024. AS menaruh perhatian lebih karena ARB termasuk seseorang penting dan dekat dengan politik AS. Di satu sisi ARB pada Pilkada 2017 juga didukung kelompok Islamis. ARB sendiri telah banyak bicara di forum-forum internasional khususnya gagasan terkait pembangunan, pendidikan, dan politik.


  Anies kian laris dalam hal pencapresan dapat dianalisis sebagai berikut:


Pertama, publik Indonesia menginginkan gantian presiden. Jika Jokowi sudah dua periode maka publik minta gantianlah. Kiranya sudah cukup dua periode merasakan kepemimpinan dari Partai penguasa PDI-Perjuangan. Nah, Anies dinilai mampu menjadi tumpuan dan harapan masyarakat selain dikaitkan dengan darah biru dan nilai religiusitasnya.


Kedua, Anies sudah memiliki tiket telah sukse melakoni sebagai gubernur DKI Jakarta. Hal ini sama seperti yang dialami Joko Widodo. Meski Jokowi tidak sampai menuntaskan menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kalau dihitung secara politik, nilai Anies bagus dan mendekati sempurna. Karenanya siapapun yang ingin menjadi Presiden Indonesia dari jalur jenjang karir, maka menaklukkan Jakarta menjadi kunci. Entah nanti kalau ibu kota jadi pindah ke Nusantara.


Ketiga, Anies merupakan tim sukses Jokowi di awal periode. Dalam setiap kampanye, Anies menemani Joko Widodo untuk mempersiapkan segala bahan pidato, diskusi, dan lainnya. Kecerdasan politik Anies didapatkan dari perkuliahan yang memadukan antara keilmuan dengan keahlian. Alhasil, Anies di awal periode Jokowi menjadi Menteri Pendidikan. Klop dengan latar belakannya yang pernah menjadi rekor di Universitas Paramadina Jakarta.


Keempat, dari sisi elektabilitas Anies masih primadona meski yang lain siap menyalipnya. Belum maju sebagai Capres, kelompok die hard sudah rela mati-matian menggalang dukungan demi menjadikannya sebagai Capres. Ingat, belum ada aturan yang membolehkan capres dari jalur independen di Indonesia. Maka Partai Politik melalui ketua umumnya sangat menentukan siapa yang akan maju sebagai Capres-Cawapres.


Kelima, Anies juga menjadi tokoh berpengaruh tak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Posisi Anies tampaknya mudah diterima oleh siapapun yang berakal. Gayanya pun tak tampak gusar seperti calon lainnya. Intinya, Anies menang banyaklah.


  Saling pasung dan usung pun nanti akan terus berjalan. Politik tidak seperti bermain dakon. Selalu ada bongkar pasang sesuai lakon. Tampaknya gelora rakyat yang menginginkan perubahan dan gantian inilah yang telah ditangkap oleh AS dan negara berkepentingan lainnya. Anies dianggap tokoh tengah yang mampu diterima semua golongan.


Pelajaran Penting bagi Umat


  Partai apapun boleh mengajukan calon presidennya. Rakyatlah yang tetap memiliki kekuasaan sebenarnya. Hal yang menjadi tugas berat dari setiap partai politik, termasuk PKS ialah meyakinkan calonnya ini sesuai dengan keinginan mayoritas publik. Persoalannya, rakyat sendiri tak memiliki pemahaman politik utuh. Apalagi politik Islam, meski mayoritas beragama Islam.


  Nilai keislaman inilah yang diatasnamakan religius akan dinaikkan dan ditempelkan kepada capres-cawapres. Biar lebih kental dengan keindonesiaan dan tak menanggalkan identitasnya maka dibalut dengan istilah nasionalis. Setiap pertai ataupun kelompok memiliki tafsir majemuk terkait nasioanlis-religius. Intinya, agama masih menjadi patron tapi sebagian yang diambil demi kepentingan meraup suara pemilih.


  Umat pun harus tetap waspada. Jangan mau diadu domba apalagi masuk ke jebakan musuh-musuh. Pasalnya, politik demokrasi yang tak mengenal nilai halal dan haram itu akan siap menjegal dengan cara yang kotor sekalipun. Kemudian kekotoran itu akan dibersihkan dengan balutan-balutan suci seolah dekat dengan rakyat.


  Orang yang baik ketika masuk dalam sistem politik demokrasi yang culas bisa jadi akan tergilas. Mengingat demokrasi siap mengorbankan siapapun demi syahwat kekuasaan. Baik dengan cara legal ataupun ilegal. Sejatinya, peristiwa Pilpres yang sudah terjadi pasca masa reformasi ini menjadi pelajaran penting agar rakyat tak selalu jadi kambing hitam dan korban kebijakan.


  Jika mayoritas rakyat ini umat muslim, maka seyogyanya umat memahami hakikat politik Islam yang berarti mengurus urusan umat. pengurusannya baik dalam negeri ataupun luar negeri dengan islam. Pemimpin yang ditunjuk pun mendapatkan amanat untuk taat pada Allah dan Rasul-Nya. Bukan taat pada oligarki, pemodal kampanye, partai politik, atau manusia-manusia jahat yang memperalat demi syahwat kekuasaan. Umat ini seharusnya bermunajat dan berusaha untuk menghadirkan pemimpin yang mau menerapkan syariah kaffah dalam berbangsa dan bernegara. Religius tak cukup dalam penampakan. Harus diwujudkan dalam pelaksanaan di kehidupan.


  Jalan masih panjang. Apakah Anies yang sudah mengantongi dukungan dari Partai Nasdem dan PKS akan bisa melenggang kangkung? Mari sama-sama memantau secara seksama.

Posting Komentar

0 Komentar