Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Road to 2024 (9): Safari Politik Sembari Menyusun Taktik

Oleh Hanif Kristianto (Analis Politik dan Media di PKAD)


  Setahun menjelang Pemilu serentak Februari 2024 pimpinan partai ramai bersafari. Saling mengunjungi dari kantor ke kantor, hingga bertandang khusus ke kandidat potensial. Saling berkelakar dengan melempar joke-joke keakraban. Sorot kamera dan berita publik kian memanaskan dan siapa yang akan mendapatkan simpati. Safari ini menjadi kunci komunikasi politik setiap partai yang akan bersatu dalam koalisi. Wajar demi kepentingan bersama untuk sementara waktu bersatu.


  Sebelum partai politik berkoalisi dan mendeklarasikan diri. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP. Meski belum mendklarasikan capresnya hubungan ketiganya tampak mesra. Maklum Ketum Golkar, Ketum PAN, dan Ketum PPP sama-sama duduk sebagai menteri Jokowi. Airlangga Hartarto digadang maju, namun nilai elektabilitas masih rendah. Hal yang paling menghentak ketika Partai Nasdem mendklarasikan Anies Baswedan sebagai capres. Perlu diketahui Nasdem sendiri secara ambang batas parlemen belum bisa mengusung sendiri capres. Perkecualian Nasdem berkoalisi dengan partai lainnya. Sementara PDI-Perjuangan dengan percaya diri karena melebihi ambang batas parlemen di atas 20%.


  Pencapresan Anies Baswedan (AB) oleh Nasdem akhirnya menarik Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk merapat dan berkomunikasi. AB dianggap sebagai calon ideal yang partai lainnya bisa mengajukan cawapresnya. Hanya Demokrat, Nasdem, dan PKS masih belum meresmikan koalisinya. Gerindra pun akhirnya menyusul. Prabowo Subianto sebagai ketua umum digadang maju kembali. PKB melalui cak Imin akhirnya merapat ke Gerindra. Hanya siapa yang akan menjadi capres dan cawapres belum muncul di permukaan. Cak Imin sendiri melalui Ijtima’ Ulama Nusantara direkomendasikan menjadi Cawapres 2024. Tampaknya cak Imin tahu diri untuk menjadi Capres rasanya butuh effort lebih. Meski demikian Cak Imin tetap berkampanye The Next 2024.


  Tokoh-tokoh potensial lainnya pun mulai didekati. Sebut saja Khofifah Indarparawansah, Ridwan Kamil yang akhirnya merapat ke Golkar, Ganjar Pranowo yang masih dihitung maju tidaknya dari internal PDI-P, hingga muncul nama-nama potensial lainnya. Apa pun yang terjadi, safari politik ini demi saling menjajaki siapa yang nanti layak maju dalam kontestasi Pilpres 2024.


Makna Safari Politik


Publik pun bertanya untuk apa ketua umum partai rela bersafari politik dan menggalang koalisi? Hal ini tentu bisa dipahami sebagai berikut:


Pertama, koalisi dalam politik demokrasi tak bisa dihindari. Buyar dan bersatunya koalisi bergantung kepentingan yang sama. Koalisi ini akan menemui jalan buntu jika tak ada yang bisa diakomodasi kedua belah pihak.


Kedua, ketua umum partai politik sadar diri jika tak bisa maju mencalonkan diri paling tidak ada kader terbaiknya jadi. Kondisi ini terjadi ketika PDI-P menjagokan Jokowi-Ma’ruf Amin pada pilpres 2019. Ketua umum PDI-P sebagai pengatur strateginya. Berbeda dengan Prabowo Subiakto yang dalam dua pilpres menggandeng Hatta Rajasa dan Sandiaga Uno. Sebagai ketua umum Gerindra, Prabowo maju memberanikan diri.


Ketiga, adanya ambang batas parlemen (Parlemtary Treshold) menjadi ganjalan partai politik. Sebab PT 20% dianggap terlalu tinggi. Tak ayal ada beberapa pihak yang menggugat agar PT 0%. Sehingga siapapun layak maju sebagai Capres-Cawapres. Alhasil partai politik ini akan saling berkoalisi untuk menghantarkan calonnya.


Keempat, safari ini juga bermakna jika menjadi seorang leader negara di Indonesia tidak mudah. Terkadang duduk sebagai leader bisa saja ditunggangi kepentingan partai politik, kelompok, oligarki, dan lainnya. Seseorang yang maju sebagai Capres-Cawapres belum tentu idependent secara pendirian dalam mengatur pemerintahan. Di Indonesia partai politik dikenal berkuasa. Ini menunjukkan pengaruh partai politik melebihi kepentingan berbangsa dan bernegara.


Kelima, safari ini juga demi mengokohkan kepentingan politik ke depannya. Jika nanti bisa menduduki jabatan sebagai presiden paling tidak kecipratan rejeki. Apakah itu ditunjuk sebagai menteri, Kepala Lembaga, Dirut, atau jabatan politik lainnya.


  Karenanya sembari safari, ketua partai politik itu berhitung taktik. Ke depan apakah dengan safari ini membawa kemaslahatan atau sebaliknya membawa kemudharatan. 


Nasib Rakyat Bagaimana?


  Rakyat sementara dilibatkan hanya pada pemenangan. Untuk di awal ini rakyat tak miliki kuasa apapun. Justru partai politiklah yang paling berkuasa menentukan siapa yang layak maju. Maka tak mengherankan jika partai politik seolah menjadi tuhan-tuhan kecil dan ketua umumnya menjadi malaikat penolong.


  Rakyat saat ini hanya disuguhi survey dan manuver partai politik. Sembari partai politik dan relawan menyiapkan diri menyusun strategi pemenangan dan mendekati kelompok potensial. Rakyat dipengaruhi opini publiknya dengan suguhan orang-orang yang dijagokan. Sebenarnya dalam hati kecil rakyat ingin pemimpin itu adil, bebas dari kepentingan, berdaulat, dan syukur-syukur orang taat. Apalagi kalau sebagai muslim ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya diwujudkan dalam mengurusi urusan rakyat.


  Rakyat kali ini haruslah bersabar. Sembari itu terus memiliki kecerdasan politik agar tak mudah dibohongi politisi nakal. Jangan sampai masuk ke lubang berkali-kali. Apalagi ini untuk kepentingan berbangsa dan bernegara. Indonesia ini negara besar. Jika tidak diurusi oleh pengusa yang benar dan menaati Allah, maka hancurlah negara ini. Korupsi kian menjadi-jadi, kriminalitas tanpa batas, sumber daya alam diambil asing, hingga konflik internal antar warga berkepanjangan.


  Indonesia ini negeri muslim. Bukan sulit untuk menghadirkan pemimpin yang taat dengan menerapkan syariah. Asalkan umat memahami bahwa syariah itu membawa maslahat dan menjadikan negara bermartabat. Karena itu untuk merawat jagat (Indonesia) ambillah aturan dari Allah Yang Maha Esa.

Posting Komentar

0 Komentar