Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Bunuh Diri jadi Solusi, Negara Wajib Mengatasi


Oleh: Adinda Putri Iffatuz Zahroh


Belakangan ini marak terjadi fenomena bunuh diri di kalangan mahasiswa. Di bulan Oktober ini, sudah terjadi 4 kasus mahasiswa bunuh diri. Kasus terakhir terjadi pada pada Rabu malam, 11 Oktober 2023, yakni mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro. Korban EB berusia 24 tahun ditemukan tewas di kamar indekosnya di daerah Tembalang, Semarang. EB melakukan bunuh diri lantaran masalah pekerjaan dan pinjaman online (pinjol). 


Sehari sebelumnya, mahasiswi Universitas Negeri Semarang ditemukan tewas di area pintu keluar parkir Mall Paragon Semarang. Polisi menduga bahwa korban NJW bunuh diri dari lantai empat area parkir. Polisi menemukan tas milik korban, tanda pengenal, kartu mahasiswa, serta secarik surat yang berisi permohonan maaf kepada ibunya karena tidak sekuat yang ibunya harapkan. Liputan6.com (12/10/2023).


Wali Kota Semarang, mengaku sangat prihatin atas kejadian dua kasus bunuh diri yang dilakukan mahasiswa di Semarang. "Kami juga prihatin atas persoalan ini. Harapan saya, mari kita bersama-sama mencoba meminimalisasi persoalan seperti ini," ujar Hevearita kepada republika.co.id.


Kejadian ini bukan kebetulan. Bunuh diri menjadi isu kesehatan masyarakat serius saat ini. World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia pada 2019 mencatat bahwa Indonesia memiliki rasio bunuh diri sebesar 2,4 per 100 ribu penduduk. Sekitar 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri per tahun, di dunia. WHO sendiri menyatakan bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar keempat di antara orang-orang berusia 15-29 tahun di seluruh dunia pada 2019.


Di Asia Tenggara, angka bunuh diri tertinggi terdapat di Thailand yaitu 12,9 (per 100.000 populasi), disusul Singapura (7,9), Vietnam (7,0), Filipina (3,7), Malaysia (6,2), dan Indonesia (3,7). Perilaku bunuh diri (ide bunuh diri, rencana bunuh diri, dan tindakan bunuh diri) dikaitkan dengan berbagai gangguan jiwa, misalnya depresi. 


Ada sejumlah faktor yang melatarbelakangi tingginya angka bunuh diri akibat depresi atau gangguan mental. Selain faktor biologis dan genetik, lingkungan turut berandil besar. Tampaknya, lingkungan sosial hari ini tidak sehat bagi mental generasi muda.


Kebahagiaan seseorang didasarkan pada prestasi, harta yang dimiliki, bahkan tolak ukur pendidikan. Semua itu hanya bergantung pada capaian materi tanpa memperhitungkan aspek kejiwaan. Akibatnya, jiwa manusia kering dan kurang dari nilai spiritual kemudian menjadi rapuh. Manusia mudah emosi, marah, melakukan kekerasan sebagai pelampiasan emosi, menyakiti diri sendiri, bahkan bunuh diri.


Hal ini karena penerapan sekularisme dan kapitalisme yang menjadi asas kehidupan di negeri ini. Prinsip sekularisme menempatkan agama hanya di sudut urusan privat, sedangkan panggung kehidupan publik yang luas dan kompleks justru menihilkan agama. Akibatnya, aturan yang dibuat hanya berdasarkan otak, tanpa ada aspek ruhiyah. Kapitalisme juga menjadikan uang adalah segalanya.


Sekularisme dan kapitalisme juga menyebabkan relasi antarmanusia didominasi persaingan, baik dalam hal prestasi, pencapaian karier, kepemilikan harta, popularitas, jabatan, dan lain-lain. Penerapan ekonomi kapitalisme menyebabkan kesulitan ekonomi terjadi massal. Sementara itu, media sosial deras mengaruskan budaya pamer. Akibatnya, jurang lebar antara realitas dan tontonan telah menghasilkan tekanan jiwa.


*Cara Islam Mengatasi Mental Ilness*

Islam memberikan pijakan individual bahwa ketakwaan dan ketawakalan seorang hamba adalah modal besar dan pedoman utama menjalani kehidupan. Akan tetapi, di sisi lain Islam juga memberikan pilar-pilar mengenai kebahagiaan yang harus diwujudkan oleh penguasa bagi rakyat yang dipimpinnya. 


Penguasa dalam Islam memahami dengan sungguh-sungguh bahwa rakyat adalah amanah, layaknya gembalaan yang wajib dijaga dan dilindungi oleh gembalanya. Rasulullah SAW bersabda, “Imam (khalifah) itu pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus.” (HR Bukhari dan Ahmad).


Realitas rapuhnya jiwa manusia dalam sistem sekuler tidak akan terjadi dalam sistem Islam. Seorang muslim yang hakiki akan memiliki ar-ruh yaitu idrak sillah billah (kesadaran akan hubungannya dengan Allah SWT) dalam seluruh sisi kehidupannya. Setiap aturan Islam akan terlaksana berdasarkan kesadaran posisi manusia sebagai hamba-Nya.


Ketika melakukan apa pun, pribadi seorang muslim selalu relate dengan Al-Khalik, bahkan akan menggantungkan hidupnya pada Allah semata. Sikap ini menjadikan muslim memiliki jiwa yang kuat. Berbagai masalah akan diyakini sebagai qada Allah SWT.


Bangunan kehidupan Islam dibangun atas dasar akidah Islam sehingga makna kebahagiaan, ukuran keberhasilan, dan kemuliaan seseorang akan diukur berdasarkan ridha Allah. Setiap muslim akan berlomba meraih ridha Allah SWT. dengan taat pada syariat-Nya. Hal ini sangat menyehatkan jiwa karena menjadikan manusia dekat dengan Sang Pencipta.


Selain itu, penerapan aturan Islam efektif menyelesaikan berbagai problem manusia. Terwujudlah kesejahteraan sehingga mencegah terjadinya stres. Sungguh, penerapan sistem Islam akan melindungi manusia dari gangguan mental.

Posting Komentar

0 Komentar