Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Maraknya Kasus Anak Bunuh Diri, Problem Serius Generasi

 


Oleh : Esnaini Sholikhah,S.Pd

(Penulis dan Pengamat Kebijakan Sosial)


Miris, seorang bocah di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Korban ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya, rabu (22/11/2023). Aksi nekad bocah SD tersebut, diduga dipicu karena dilarang bermain HP. Kasatreskrim Polres Pekalongan, AKP Isnovim membenarkan adanya kejadian tersebut. Isnovim mengatakan pihaknya telah menerima adanya laporan tersebut, pada rabu sore kemarin. (detikcomJateng, 22/11/2023)

Sebelumnya, SR (13), siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, kehilangan nyawa setelah jatuh dari lantai empat sekolahnya, selasa (26/9/2023). Ia dinyatakan meninggal dunia ketika dalam perawatan di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan. Pemicu jatuhnya SR masih didalami oleh aparat terkait, ada dugaan kuat ia bunuh diri. Kasus ini harus menjadi perhatian mengingat usia anak yang sangat belia. Kasus bunuh diri dikalangan pelajar mulai menjadi fenomena di tengah masyarakat saat ini.  

Pemerintah mencatat, setidaknya ada 20 kasus bunuh diri anak-anak sejak Januari 2023. Hal itu disampaikan Nahar, selaku Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Dia mengatakan bahwa para korban bunuh diri merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Menurutnya, kebanyakan mereka yang bunuh diri disebabkan oleh depresi. Catatan tahun 2023 saja kasus bunuh diri anak sudah sampai 20 kasus. “Penyebabnya ada depresi, dugaan perundungan, dan banyak penyebabnya," kata Nahar kepada wartawan di kantor KemenPPPA Jakarta. (RRI.co, Jumat, 10/11/2023).

Nahar juga bilang bahwa korban kasus bunuh diri tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Dampak psikis yang kerap dialami anak-anak akibat kekerasan maupun perundungan, kata dia, bisa mengakibatkan masalah baru. "Jangan sampai dampak psikis itu mengakibatkan masalah baru termasuk bunuh diri. Kita harus segera menangani kalo ada anak yang mengalami masalah, di cek dampaknya sekecil apapun.” 

Jika ditelisik lebih jauh, ada banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang nekat bunuh diri. Hal yang perlu diperhatikan diantaranya apa yang menjadi penyebab bunuh diri, sumber anak mengetahui cara bunuh diri, dan juga kondisi mental anak-anak. Makin banyaknya kasus seperti ini menunjukkan ada kesalahan dalam tata kehidupan, baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara. Salah satu faktor terbanyak adalah depresi dikarenakan persoalan hidup yang tidak kunjung usai. 

Makin banyaknya kasus bunuh diri mulai dari anak sampai mahasiswa, sesungguhnya menggambarkan realitas generasi hari ini. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dengan bunuh diri untuk menyelesaikan masalah. Mereka juga menjadi generasi yang mudah menyerah dalam menghadapi gelombang kehidupan. Alhasil, sikap putus asa, hopeless, stres, hingga depresi, menjadi penyakit mental yang mudah menghinggap dalam kehidupan mereka. Mereka berpikir dengan bunuh diri, semua beban masalah dan mental mereka akan terlepas dan berakhir. 

Sejatinya faktor penyebab utamanya ialah penerapan sistem sekuler kapitalisme yang menjangkiti para generasi muda, sistem ini terbukti gagal mewujudkan generasi kuat dan tangguh. Sistem ini juga telah mengeliminasi peran tiga pilar pembentuk generasi. Tiga pilar tersebut diantaranya: Pertama, keluarga, generasi yang memiliki mental rapuh kebanyakan dialami oleh mereka yang lahir dan besar di lingkungan keluarga broken home, fatherless, motherless, atau hidup berjauhan dengan orang tua. Kedua, sekolah dan masyarakat, kurikulum pendidikan yang berlaku hari ini adalah kurikulum sekuler yang menjauhkan manusia dari aturan Allah Taala. Hasilnya, generasi kita terdidik dengan memandang standar kebahagiaan hidup tertinggi adalah meraih sebanyak-banyaknya materi dan kesenangan duniawi. Ketika mereka gagal meraihnya, depresi menjadi hal yang tidak terhindarkan. Ketiga, peran Negara, pada era digital, internet telah menjadi sumber utama informasi yang memberikan informasi tidak pantas mengenai bunuh diri dan masalah kesehatan mental. 

Setelah memahami akar masalah bunuh diri karena dipengaruhi problem sistemis, maka untuk menyelesaikannya juga harus dilakukan secara sistemis. Islam adalah solusi persoalan hidup. Tidak ada manusia hidup tanpa masalah dan tidak ada masalah tanpa ada solusinya. Bagaimana mekanisme Islam mencegah bunuh diri? Pertama, menanamkan akidah Islam sejak dini pada anak-anak. Dengan penancapan akidah yang kuat, setiap anak akan memahami visi dan misi hidupnya sebagai hamba Allah Taala, yakni beribadah dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Prinsip ini harus dipahami bagi seluruh keluarga muslim sebab orang tua adalah pendidikan pertama bagi anak-anaknya.

Kedua, menerapkan kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam. Sejarah Islam telah membuktikan bahwa kurikulum pendidikan Islam mampu melahirkan generasi kuat imannya, tangguh mentalnya, dan cerdas akalnya. Ketiga, Negara harus memastikan para ibu menjalankan kewajibannya dengan baik. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Kaum ibu dalam sistem Islam (Khilafah) akan diberdayakan sebagai ibu generasi peradaban, bukan mesin ekonomi seperti halnya dalam sistem kapitalisme yang malah menghadapkan para ibu pada persoalan ekonomi dan kesejahteraan. 

Khilafah akan menetapkan kebijakan ekonomi yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dari kalangan laki-laki. Alhasil, peran ayah dan ibu dalam keluarga dapat berjalan seimbang seiring pemenuhan kebutuhan pokok yang dijamin Negara. Penerapan sistem Islam kaffah yang paripurna akan membentuk individu bertakwa, masyarakat yang gemar berdakwah, dan Negara yang benar-benar mengurus rakyatnya. Media dalam Islam juga bertugas mengontrol dan mengawasi penyebaran informasi dan tontonan. Melalui media, negara akan menciptakan suasana iman, tontonan yang menuntun pada ketaatan, bukan yang mengarah pada kemaksiatan.

Dengan begitu, masalah bunuh diri akan tuntas karena setiap individu muslim dapat memahami hakikat dan jati dirinya sebagai hamba dengan menjadikan Islam sebagai the way of life. Ketika Islam menjadi jalan hidup bagi setiap muslim, tidak akan ada generasi yang sakit mentalnya, mudah menyerah, atau gampang putus asa. Mereka akan menjadi generasi terbaik dengan mental sekuat baja dan kepribadian setangguh para pendahulunya. Islam memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidikan yang berkualitas, dan mampu melahirkan generasi hebat, kuat iman serta mentalnya. Wallahu a’lam bisshowab.

Posting Komentar

0 Komentar