Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Warga Desa Miliarder Gresik Sekarang Terjerat Utang, Apakah Penyebab Sebenarnya?


Penulis : AB. LATIF


Masih ingatkah kita dengan berita menghebohkan dari Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik? Desa Sekapuk, yang pada akhir tahun 2017 memiliki Index Desa Membangun (IDM) sebesar 0,55%, berhasil melakukan perbaikan pada awal tahun 2018. Komitmen Pemerintah Desa terwujud dalam peningkatan kinerja BUMDes, pembangunan infrastruktur desa, serta pembinaan ekonomi masyarakat. Desa Sekapuk bahkan mendeklarasikan diri sebagai desa miliarder pada September 2020, meraih omset Rp 11 miliar lebih dan keuntungan Rp 4,5 miliar dari BUMDes.


Namun, di balik prestasi tersebut, Desa Sekapuk menghadapi masalah serius. Terjerat utang sebesar Rp. 9.500.000.000, terdiri dari utang Bank Rp. 3.000.000.000 dan utang warga investasi Rp. 6.500.000.000. Masyarakat pun melakukan demo menuntut hak-hak mereka, merasa adanya ketidaktransparanan dalam pengelolaan aset desa.


Bukti Rusaknya Ekonomi Kapitalis


Fakta ini menunjukkan kelemahan ekonomi kapitalis dalam memberdayakan rakyatnya. Protes warga terhadap pengelolaan aset desa mencerminkan ketidakpuasan terhadap ketidakadilan dan kurangnya transparansi. Sistem kapitalis, yang mendasarkan pada manfaat pribadi, cenderung menimbulkan ketidaksetaraan dan kerusuhan saat manfaat tersebut dirasa kurang.


Selain itu, utang ribawi atas nama investasi menjadi beban tambahan. Usaha yang didukung oleh utang ribawi biasanya sulit bertahan. Al-Qur'an melarang riba, mengingatkan bahwa orang yang terlibat dalam riba akan kekal di neraka (Surat Al Baqarah Ayat 275).


Kapitalisme, yang meletakkan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum, menjadi akar masalah ketidakadilan dan kesenjangan sosial. Desa Sekapuk menjadi contoh kecil, mirip dengan beban hutang negara yang mencapai triliunan rupiah. Pertanyaannya, apakah sistem ini layak dipertahankan?


Islam itu Mensejahterakan


Islam, sebagai agama yang menyeluruh, memberikan pedoman dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, rakyat hidup berkecukupan dan terbebas dari kemiskinan. Pengumpulan zakat dilakukan dengan adil, dan pemerintah memberdayakan masyarakat. Islam mampu menciptakan kesejahteraan yang merata, bukan hanya di satu wilayah, tapi di seluruh kekuasaan Islam.


Contoh kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz menunjukkan bahwa penerapan Islam secara menyeluruh mampu menciptakan kemakmuran. Berbeda dengan sistem kapitalis ribawi yang memicu utang dan ketidakadilan. Oleh karena itu, menggantikan sistem jahiliyah dengan penerapan syariah Islam dapat membawa berkah dan keberkahan.

Posting Komentar

0 Komentar