Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Bullying Problem Akut Generasi Millenial


Oleh : Indha Tri Permatasari

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra mengatakan sepanjang 2011 hingga 2019, KPAI mencatat 37.381 pengaduan mengenai anak. Terkait dengan kasus perundungan, baik di media sosial maupun di dunia pendidikan, laporannya mencapai 2.473 laporan.

Jasra meyakini pengaduan anak kepada KPAI tersebut bagaikan fenomena gunung es. Artinya, masih sedikit yang terlihat di permukaan karena dilaporkan, sementara di bawahnya masih tersimpan kasus-kasus lain yang besar namun tidak dilaporkan. "Trennya terus meningkat," kata Jasra, Ahad (9/2). (Republika.com)

Bullying sendiri merupakan perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan menynkiti orang tersebut. ( Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, 2001)

Kasus bullying  ini marak terjadi, terlebih lagi kasus tersebut banyak terjadi didalam dunia pendidikan baik level pra sekolah sampai tingkat SMA. Bentuk- bentuk bullying pun banyak sekali, bukan hanya secara fisik akan tetapi bisa dalam bentuk psikis seperti mengejek alau yang sejenisnya. Meskipun lhanya sekedar ejekan, bullying akan menimbulkan efek negatif pada perkembangan psikologis korbannya.

Nayatanya, peningkatan prestasi akademik siswa di sekolah dengan dukungan perkebangan R.I(Revolusi Industri) 4.0 tidak menjadi jaminan kemampuan mereka mengatasi masalah pribadi dan interaksi dengan lingkungan. Malah kecanggihan teknologi hari salah satu faktor external yang meningkat prilaku bullying baik dari tontonan televisi yang menonjolkan aksi kekerasan, maupun tidakan cabey bullying melalui sosial media.

Bullying pada era millenial hari ini menjadi problem akut bangsa ini semestinya menyadarkan kegagalan pembangunan SDM(Sumber Daya Manunsia) dengan landasan sekularisme (paham memisahkan agama dari kehidupan).
Lantas bagaimana memberantas bullying agar generasi penerus bangsa menjadi generasi emas? Tidak lain dengan mengadopsi bagaimana islam cara membangun SDM. Karena Islam tidak hanya mengatur urusan ibadah ritual  saja, namun juga mengatur seluruh aspek kehidupan dengan sistem Khialfah

Agar memutus rantai bullying maka penting adanya peran pendidikan keluarga, sistem pendidikan dan penataan media. Karena keluarga memgang peran utama dan pertama dalam mendidik genenrasi. Dengan pemahaman islam keluarga membangun generasi dengan menamkan akidah islam, ketaqwaan individu dan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Peranan sentral sistem pendidikan dalam islam untuk tujuan membangun SDM jelas dibagun berdasarkan akidah islam. Membentuk pola fikir dan pola sikap islam pada akhirnya menjadikan generasi berkepribadian islam. Saat kepribadian islam telah ada pada generasi inilah yang mendorong mereka senantiasa berlomba-lomba menjadi generasi emas dengan kamampuan bidang masing-masing demi kemaslahatan umat.

Sedangankan pengaturan media akan diatur oleh negara, tidak akan ada baik media cetak, elektronik, maupun media digital yang akan memproduksi tontonan yang mempertontonkan kekerasan dan penganiayaan. Karena negera secara langsung  mengontrol penyebaran informasi lewat departemen penerangan.

Posting Komentar

0 Komentar