Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Abainya Negara Muslim Atas Solusi Hakiki Konflik Palestina Israel

 


Oleh : Esnaini Sholikhah, S.Pd

(Penulis dan Pengamat Kebijakan Sosial)



Operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan pada Sabtu (7/10/2023) menggemparkan dunia internasional. Dibalik operasi ini, ada sayap militer Hamas Brigadir Al-Qassam. Belum lama ini, sejak serangan tersebut, viral di media sosial, seruan jihad yang disampaikan Panglima Tinggi Al-Qassam, Muhammad ad-Dhaif. Korban berjatuhan bertambah dari pihak Palestina dan Israel. Kementerian Kesehatan Palestina pada Ahad (15/10/2023) pagi waktu setempat melaporkan bahwa serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 2.329 orang, sedangkan korban terluka di Gaza disebut telah mencapai 9.714 orang. Untuk korban terluka di Israel, terbaru dilaporkan telah mencapai 3.227 orang, usai Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik dari udara, darat, dan laut pada Sabtu (7/10/2023). Dengan begitu, jumlah korban tewas dalam perang Hamas-Israel terbaru mencapai 3.629 orang dan korban terluka total 12.941 orang. (Kontan, Senin, 16/10/2023).


Dengan bertambahnya korban jiwa dari warga sipil, sejumlah negara mendorong Israel untuk menghentikan agresi militernya ke jalur Gaza. Sejak sepekan lalu, Israel telah membombardir Palestina secara membabi buta. Mereka menghancurkan rumah penduduk, masjid, hingga rumah sakit. Mereka juga memblokade total aliran listrik, makanan, dan kebutuhan obat-obatan. Tidak ada tempat aman bagi rakyat Palestina untuk berlindung. Perilaku biadab Israel ini mengundang simpati besar kaum muslim di seluruh dunia untuk mendukung perlawanan yang dilakukan rakyat Palestina demi memperjuangkan kemerdekaan dan pendudukan yang dilakukan Israel selama 75 tahun.


Sayangnya, dukungan kaum muslim terkadang tidak sama dengan kebijakan penguasanya. Seperti yang dilakukan penguasa negeri muslim yang lebih memilih bungkam dan menghindari konfrontasi dengan AS yang menjadi sekutu abadi Israel. Ironisnya lagi, beberapa negeri muslim bahkan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, seperti Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, Sudan, Bahrain, dan lainnya.


Satu hal yang harus dipahami setiap muslim dalam memandang akar masalah Palestina-Israel, yakni apa yang terjadi di Palestina adalah penjajahan dan pendudukan Israel atas kaum muslim di Palestina. Kepala Biro Politik dan Hubungan Internasional Hamas Basim Naim dalam wawancara eksklusifnya di TVOne mengatakan bahwa serangan 7 Oktober 2023 yang dilakukan, adalah sebagai upaya perlawanan atas 75 tahun penjajahan Israel terhadap Palestina, sekaligus ingin menghancurkan tembok yang mengisolasi Gaza dari dunia luar. Ia juga menegaskan bahwa hal itu merupakan bentuk pembelaan terhadap Masjidil Aqsa yang selama ini dikotori oleh perilaku Zionis Israel. 


Faktanya, sampai detik ini kita semua tahu bahwa Israel tidak bisa dihentikan dengan diplomasi. Buktinya, sudah lebih dari 30 diplomasi dikeluarkan PBB, tetapi Israel tidak sekalipun mematuhinya. Oleh karena itu satu-satunya cara menghentikan kekejian Israel adalah memeranginya. Para penguasa negeri-negeri muslim wajib mengirimkan pasukan militer ke Palestina untuk menghentikan serangan militer Israel. 


Sayangnya, sekat-sekat nasionalisme membuat penguasa-penguasa negeri muslim terhalang menolong saudara muslimnya di Palestina. Mereka lebih memilih mengirimkan bantuan atau dana kemanusiaan ketimbang harus mengerahkan pasukan militer untuk memerangi Israel. Padahal sejatinya, ikatan hakiki yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah ikatan akidah Islam, seperti sabda beliau:


“Orang mukmin terhadap mukmin lainnya tak ubahnya suatu bangunan yang bagian-bagiannya (satu sama lainnya) saling menguatkan.” (HR Muslim)


Melihat fakta ini, tidak ada solusi hakiki bagi Palestina dan kaum muslim yang tertindas selain bersatunya negeri-negeri Islam dalam satu kekuatan, satu ikatan, dan satu kepemimpinan dalam naungan satu negara, yakni Khilafah. Dengan hadirnya institusi ini, maka Negara Khilafah akan melindungi kaum muslim dari penjajahan, penganiayaan, penyiksaan, dan kezaliman yang dibuat musuh-musuh Islam. Dan pemimpin negeri Islam (Khalifah) akan mengerahkan segala daya dan upayanya untuk menolong muslim Palestina melawan penjajah Zionis. 


Maka langkah langkah yang harus segera dilakukan untuk mewujudkannya diantaranya: Pertama, umat harus melakukan dakwah dengan menyadarkan pemikiran umat bahwa hanya Islam yang bisa mengantarkan kita sebagai umat terbaik (khoiru ummah). Kedua, memasifkan dakwah baik di dunia nyata maupun di dunia maya tentang fakta dan kebenaran, bahwa akar masalah Palestina adalah penjajahan Israel dan nestapa umat tanpa Khilafah. Ketiga, menyeru kepada penguasa muslim untuk mengarahkan loyalitasnya kepada Islam dan kaum muslim, bukan berharap pada solusi semu PBB.


Sangat jelas bahwa Palestina adalah milik umat Islam seluruh dunia. Untuk itu masalah Palestina bukan sekadar masalah kemanusiaan atau konflik internal, melainkan merupakan masalah umat Islam di seluruh dunia. Ketika Masjidil Aqsa dihinakan, itu penghinaan bagi seluruh kaum muslimin. Banyak keutamaan dan keistimewaan Palestina, diantaranya adalah kiblat pertama umat Islam. Palestina adalah negeri subur yang disirami dengan darah para syuhada. Palestina merupakan bagian negeri Syam, bumi para nabi. 


Dengan beragam keutamaan ini, jelas haram bagi kita mendiamkan Palestina tanpa pembelaan dan pertolongan. Mari bergerak bersama memperjuangkan pembebasan Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya yang masih terjajah dengan terus menyerukan dakwah dan menyuarakan hanya Khilafah solusi hakiki bagi Palestina. Wallahu a’lam bisshowab.

Posting Komentar

0 Komentar