DIALOGIKA. Surabaya (1/9/2019), diskusi seru yang mengambil tema "Di Balik Tuntutan Papua" ini dihadiri oleh berbagai kalangan mahasiswa. Diskusi berlangsung pukul 15.30 - 17.30 WIB plus ditambah extra time setelah break shalat maghrib.
Diskusi berjalan hangat dan cair. Eko Surya Prasetyo (GEMA Pembebasan Komisariat UA) selaku pemateri pertama memaparkan secara luas apa dan bagaimana sebenarnya kondisi di Papua. Dari masalah ekonomi yang tidak merata, masalah HAM yang banyak dilanggar, hingga pada intinya rencana referendum Papua bukan terjadi karena sebab tindakan rasisme semata.
Lain pemateri pertama, lain pemateri kedua. Jika pemateri pertama memaparkan kondisi lapangan dari berbagai sisi, Shaka Cantona (Kadep Kastrat UKMKI UA) sebagai pemateri kedua membuka awal diskusinya dengan pertanyaan tajam, "Siapa yang menjadi sponsor mereka untuk referendum?", dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang diajukan pemateri untuk mempertanyakan dan mencari 'dalang' di balik rencana referendum Papua ini.
Menariknya lagi, dari peserta diskusi juga memiliki berbagai pandangan dalam memandang persoalan referendum Papua. Mulai dari membandingkan penyelesaian kasus Papua (OPM) dengan Aceh (GAM), pengaruh politik luar negeri dan dalam negeri, hingga isu referendum Papua diibaratkan dengan 'cantengan' yang tersenggol di tengah tubuh sudah kronis HIV-AIDS.
Banyak pemaparan dan pandangan yang disampaikan dalam forum. Di akhir sesi, ditawarkan solusi yang cukup unik. Bahwa keadilan hukum dan kesejahteraan yang diharapkan bisa menjadi solusi bagi masyarakat Papua ialah saat diterapkannya Islam secara sistemik dalam kehidupan. (rizqykon)
0 Komentar