Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Sinyal Sandi Cawapres Lagi?

 

Road to 2024 (15): Sinyal Sandi Cawapres Lagi? Oleh Hanif Kristianto (Analis Politik dan Media)


  Mungkin Capres sudah terkunci pada tiga sosok: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Adapun kursi cawapres masih menjadi perebutan partai politik yang tergabung dalam koalisi. Hal menarik tampak pada manuver PPP yang sudah bergabung dengan PDI-Perjuangan. Sebelumnya PPP Bersama Golkar dan PAN merupakan anggota Koalisi Indonesia Bersatu. PPP telah membaca peta peluang kemenangan Bersama PDI-Perjuangan yang notabene partai yang mampu mengusung capresnya tanpa koalisi.


  Kemesraan PDI-P dengan PPP merecall pada masa bersatunya Megawati dan Hamzah Haz sebagai presiden dan wakil presiden. Sayangnya, masa politik saat ini tidaklah mudah dengan sekadar mengingat masa lalu yang indah. Politik sudah masuk ke gerbang yang lebih liberal dan brutal. Koalisi bukan sekadar eksistensi. Lebih seperti unjuk gigi siapa yang berkuasa di kemudian hari. 


  PPP selama beberapa dekade belum memiliki sosok yang diunggulkan. Tatkala Sandiaga Uno merapat ke PPP menjadi angin segar. Pasalnya, Sandiaga Uno di periode sebelumnya berpengalaman sebagai cawapres Prabowo Subianto. Tak semata kepopuleran Sandi, ada dana yang dibutuhkan untuk sebuah pencalonan. Kengototan PPP untuk menyalonkan Sandiaga Uno sebagai pendamping Ganjar Pranowo tampaknya harga mati.


Sinyal Sandi


  Sandiaga Uno lebih awal dikenal sebagai pengusaha kelas kakap. Jejaringnya dengan oligarki tak bisa dipungkiri. Tahun 2017 menjadi era Sandi masuk dunia politik. Berpasangan dengan Anies Baswedan dalam Pilkada DKI Jakarta. Pilkada yang menjadi kenaikan kelas bagi siapa saja yang ingin menduduki RI-1. Pak Jokowi telah membuktikannya dan berhasil naik ke istana. 


  Kepopuleran Sandi juga didukung oleh media sosial yang membentuk perwajahannya sebagai wakil muda, millenial, entrepeneur, dan berpendidikan. Lulusan Amerika ini berhasil menghipnotis jutaan manusia dengan wajah yang ramah. Tak ayal, lawan politik dalam perhelatan Pilkada DKI 2017, kelompok Islam menjagokan dan kalangan aktivis mendukung Anies-Sandi. Meski harus melalui putaran kedua, Anies-Sandi berhasil menduduki kursi DKI.


  Berlanjut pada 2019, Prabowo tak salah memilih Sandi. Prabowo-Sandi menjadi pesaing berat petahana, Presiden Jokowi. Sebutan 02 pun mencuat hingga menjadi kode di kalangan publik dan relawan politik. 


  Kenapa di Pilpres 2014 sinyal Sandi kian menguat kembali. Inilah beberapa analisisnya:


Pertama, Sandiaga Uno sudah tidak menjadi bagian Gerindra. Pasca pengunduran dirinya lalu didapuk PPP menjadi bagiannya. Proses yang cepat dan sat set Sandi melesat hingga dijagokan bisa mendampingi Ganjar Pranowo. Tak perlu banyak waktu Sandi beradaptasi dengan PPP. Keislamannya telah mendekatkannya kepada PPP.


Kedua, Pencapresan tidak sekadar modal terkenal. Ada dana yang perlu disiapkan untuk sebuah pemenangan. Tak mungkin menunggu lama untuk mengumpulkan dana politik. Cukup menggaet politisi yang pengusaha dana segar cepat tersedia. Sandiaga Uno dengan segenap kas keuangan dan modal politiknya menjadikan cukup untuk mengulang di periode kedua.


Ketiga, PPP melihat Sandi memiliki elektabilitas yang bisa diterima di kalangan Islamis yang menjadi basis PPP. Jika PDI-P menggarap kelompok nasionalis dan tradisionalis, maka penggabungan dua kekuatan menjadi basis suara pemenangan. Secara hitungan politik tampak di atas angin.


Keempat, inilah cara PPP untuk kembali masuk ke lingkaran kekuasaan. Pasca diterpa isu perubahan ketua umum. Pola naik ke kekuasaan dengan memanfaatkan suara umat Islam. Komunikasi politik yang dibangun pun sifatnya saling menguntungkan dan menjanjikan. PPP sebagai partai berlambang kakbah selama ini masih timbul dan tenggelam oleh partai lain yang pamornya lebih dikenal.


Kelima, melalui pencawapresan Sandiaga Uno, PPP ingin menyolidkan kekuatan partai hingga di level akar rumput. Warna hijau lebih dekat dengan warna yang sering dipakai oramas Islam. Alhasil pendekatan dari sisi warna identitas dengan menyodorkan Sandi sebagai get voter (pengeruk suara rakyat).


  Sinyal Sandi yang diusung sebagai cawapres telah dibawa ke kantong-kantong massa. Semisal di Jawa Timur yang menjadi barometer politik dan lumbung pendulang suara. PPP akan meyakinkan konstituen untuk memilih dan mendukung Sandi.


Sinyal Terus Berpendar


  Umat Islam kembali disuguhkan dengan sosok yang lebih mendekatkan kepada impian perubahan. Hal yang penting dari perhelatan politik bahwa ruang politiknya masih sama, yakni demokrasi. Artinya, pergantian ke depan sekadar sosok belum pada sistem dan perombakan fundamental.


  Umat Islam sebenarnya memiliki gambaran ideal terkait politik dan kepemimpinan. Hal ini telah termaktub dalam banyak kitab klasik karya ulama hebat dan contoh dari nabi Muhammad SAW. Selama berpolitik umat Islam mengabdikan dirinya untuk mampu tampil ke depan dalam menjaga agama dan mengurusi urusan rakyat.


  Sosok pemimpin yang digariskan Islam tentunya taat pada Allah dan Rasul-Nya. Praktis ketundukan pada syariah jadi prioritas utama. Bertakwa menjadi kunci untuk betul-betul merealisasikan janji dan terus dalam koridor yang benar. Mampu dalam sisi manajerial kenegaraan menjadi modal mengelola setiap masalah yang butuh solusinya. Laki-laki memiliki karakter kepemimpinan yang mumpuni dan menjadi fitrah dalam tugas kemanusiaan. Amanah akan terwujud tidak sekadar sumpah. Lebih dari itu menjalankan sistem dan hukumnya berdasarkan syariah.


  Umat Islam sebagai mayoritas pemilih perlu memiliki pandangan sahih. Jika politik itu berbasis aqidah Islam. Mewujudkan kepemimpinan demi kemaslahatan Islam yang mampu mengayomi dan melindungi. Itulah wujud rahmatan lil ‘alamin dalam kehidupan. Sinyal seperti inilah yang perlu ditangkap rakyat untuk mewujudkan kehidupan lebih baik.

Posting Komentar

0 Komentar