Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Menjadi Umat Akhir Zaman, Kesempatan untuk Menjadi yang Terbaik



Oleh: AB Latif


Allah SWT telah menakdirkan kita menjadi umat akhir zaman. Kita dilahirkan dan dibesarkan di era modern yang jauh dari masa Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabatnya. Kita hidup di zaman yang tidak lagi menerapkan syariat Islam; bahkan, syariat Islam difitnah dan dikriminalisasi. Hukum Islam diterlantarkan, bahkan dibenci dan dimusuhi oleh umatnya sendiri. Kedzoliman, kemaksiyatan, pembantaian umat Islam terjadi di mana-mana. Inilah fakta yang terjadi dalam masa kehidupan kita.


Sebenarnya, ada "kerugian" dan juga "keuntungan" menjadi umat akhir zaman ini. Kerugiannya adalah kita tidak termasuk orang yang bertemu langsung dengan Rasul dan para sahabat, tidak bisa berjuang dan berperang langsung bersama Rasulullah, dan juga tidak dapat merasakan lezatnya zaman keemasan yang dahulu pernah mereka bangun. Namun, di balik "kerugian" tersebut, ada banyak keuntungan yang dapat kita peroleh. Salah satunya, kita bisa mencontoh amal-amal baik yang dilakukan umat terdahulu untuk kita amalkan sekarang. Tentu, kita pun bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, sehingga kita tidak mengulangi kesalahan serupa. Bahkan, ada satu nilai tambah luar biasa yang tidak dimiliki para sahabat, bahkan para sahabat kagum dengan kita.


Kita tidak heran jika iman mereka kuat, kokoh, dan bahkan pengorbanan yang luar biasa. Mereka beriman, beribadah, dan siap mati karena bertemu langsung dengan Rasulullah SAW. Karena setiap tindak tanduk dan perilaku mereka dibimbing langsung oleh beliau, baginda Muhammad saw. Sangat wajar bila keimanan, ketaatan, ketauhidan mereka begitu kuat. Sedangkan kita, umat akhir zaman, tidak pernah bertemu langsung dengan beliau. Kita hanya membaca dari kisah-kisah mereka dalam lembaran sejarah. Kita hanya meyakini ayat-ayat Alqur’an dan hadis yang beliau tinggalkan. Maka, sungguh luar biasa bila manusia akhir zaman beriman pada beliau dalam segala dimensi kehidupannya. Inilah yang pernah disampaikan Rasulullah kepada para sahabat saat itu.


Umar bin Khatthab pernah berkisah, "Saya bersama Rasulullah SAW sedang duduk-duduk. Rasul SAW bertanya kepada para sahabat, 'Katakan kepadaku, siapakah makhluk Allah yang paling besar imannya?' Para sahabat menjawab, 'Para malaikat, wahai Rasul.' Nabi SAW bersabda, 'Tentu mereka demikian. Dan mereka berhak seperti itu. Tidak ada yang bisa menghalangi itu, karena Allah SWT telah memberikan mereka tempat.' Para sahabat menjawab lagi, 'Para Nabi yang diberi kemuliaan oleh Allah SWT, wahai Rasul.' Rasulullah SAW bersabda, 'Tentu mereka demikian. Dan mereka berhak seperti itu. Tidak ada yang bisa menghalangi itu, karena Allah SWT telah memberikan mereka tempat.' 'Wahai Rasul, para syuhada yang ikut bersyahid bersama para Nabi,' jawab mereka kembali. Rasul bersabda, 'Tentu mereka demikian. Dan mereka berhak seperti itu. Tidak ada yang bisa menghalangi itu, karena Allah SWT telah memberikan mereka tempat.' 'Lalu siapa, wahai Rasul?,' tanya para sahabat. Lalu Nabi SAW bersabda, 'Kaum yang hidup sesudahku. Mereka beriman kepadaku, dan mereka tidak pernah melihatku, mereka membenarkanku, dan mereka tidak pernah bertemu dengan aku. Mereka menemukan kertas yang menggantung, lalu mereka mengamalkan apa yang ada pada kertas itu. Maka, mereka-mereka itulah yang orang-orang yang paling utama di antara orang-orang yang beriman.'"


Subhanallah! Dari sudut pandang ini, sebenarnya Allah SWT sangat memanjakan kita. Betapa tidak, kita tidak perlu bersusah payah mencari-cari kebenaran yang hakiki. Alquran sebagai sumber kebenaran telah ada di hadapan kita. Cara mengamalkannya pun telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW lewat hadis dan sunnah-sunnahnya. Kalau belum lengkap, kita bisa melihat perilaku para sahabat, ulama, dan orang-orang saleh lainnya. Ajakan untuk berbuat kebaikan pun "berseliweran" di sekitar kita. Apa yang kurang? Tinggal kemauan untuk menggali dan mengeksplorasi saja yang kita perlukan.


Dalam Alqur’an, misalnya, Allah SWT pun telah memberikan contoh bagaimana orang-orang yang ingkar dan balasannya. Gambaran kehancuran kaum-kaum yang menolak kebenaran, menentang perintah Allah dan Rasul-Nya ada di hadapan kita. Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut itu, maka di antara umat itu ada orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan.'” (QS An-Nahl [16]: 36).


Jika boleh berandai-andai, tentu kita akan membayangkan enaknya hidup di zaman Rasulullah. Namun, itu tidak menjamin kita untuk lebih baik. Bahkan, mungkin kita juga akan menjadi salah seorang penentang dakwah mereka. Sekarang, kita bisa lapang dada menerima seruan untuk beriman kepada Allah karena kita lahir dan dibesarkan dalam lingkungan Islam. Namun, apa jadinya kalau kita hidup lima belas abad lalu; satu zaman dan satu tempat dengan Rasulullah S


AW? Belum tentu kita kemudian menerima seruan seperti itu. Mungkin kita akan bergabung dengan Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sufyan, atau kaum kafir Quraisy lainnya untuk menghalangi dakwah Rasulullah SAW.


Jadi, jelas bahwa menjadi umat akhir zaman adalah skenario Allah untuk memberikan kesempatan terbaik dalam dakwah ini. Jika hari ini hukum Allah diterlantarkan, jika hari ini syariat Islam dikriminalisasikan, jika hari ini diusir, dijajah, dibantai, dan didzolimi, tentu ini adalah kesempatan kita untuk menjadi orang-orang yang telah dikabarkan Rasulullah SAW. Peluang kita untuk berjihad di jalan Allah, peluang kita untuk menyampaikan dakwah, dan peluang kita untuk memasuki syurga Allah SWT. Mari tegakkan hukum Allah, mari tegakkan syariat Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Rasyidah kedua. Inilah rencana terbaik Allah SWT untuk kita semua umat akhir zaman.

Posting Komentar

0 Komentar