Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

Tragedi Kemanusiaan: Ibu Tega Membunuh Bayinya, Karena Alasan Ekonomi dan Solusi yang ditawarkan Islam

 Oleh: Hana' Nabilah, S.Kom (Aktivis Dakwah)


Pada pertengahan bulan Januari lalu, tepatnya pada hari Jum'at (19/01/2024) sore, warga Desa Membalong dihebohkan dengan penemuan bayi laki-laki yang masih dilengkapi dengan tali pusar dan plasenta dalam keadaan tidak bernyawa di teras pondok kebun salah satu warga Desa Membalong, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung.


Setelah penyelidikan selama dua hari oleh unit PPA Satreskrim Polres Belitung dibantu oleh Polsek Membalong dan melibatkan dokter untuk memastikan dugaan tersebut melalui pemeriksaan visum luar dan USG terhadap pelaku, terungkaplah bahwa pelaku telah mengakui perbuatannya yang mengerikan, yaitu membunuh anak kandungnya sendiri setelah melahirkan. Motifnya adalah karena kehamilan yang tidak diinginkan dan menambah beban hidup karena memiliki dua anak perempuan, sedangkan suaminya hanya bekerja sebagai buruh (tribunnews.com, 23/01/2024).


Bagaimana seorang ibu dapat sampai pada titik darah penghabisan mentalnya jika biaya sandang, pangan, dan papan semakin meningkat, belum lagi ditambah dengan pajak yang terus bertambah? Fitrah seorang ibu yang seharusnya memberikan kasih sayang sepenuh hati kepada anaknya dapat terkikis.


Seorang ibu terpaksa berkorban untuk mencari nafkah, sehingga tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu terlantar. Bahkan ironisnya, ia rela membunuh anaknya demi keseimbangan ekonomi.


Semua ini merupakan hasil dari aturan buatan manusia yang berasal dari akal. Aturan yang didasarkan pada akal manusia akan cenderung menimbulkan kerusakan karena akal terhubung dengan hati yang menghasilkan naluri, sehingga aturan tersebut dibuat secara emosional atau berdasarkan hawa nafsu pribadi yang mungkin untuk kepentingan pribadi.


Maka, faktor utama dari segala permasalahan kehidupan saat ini adalah aturan. Aturan saat ini yang diterapkan adalah sistem kapitalis. Sistem kapitalis mengatur modal yang dimana siapa yang memiliki modal, maka pengaturan milik pemodal yang berusaha mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin.


Sistem kapitalis melahirkan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga masyarakat menjadi jauh dari agamanya. Seorang ibu bisa menjadi begitu putus asa hingga mengambil tindakan ekstrim seperti membunuh anaknya sendiri demi keseimbangan ekonomi. Padahal, agamanya adalah Islam yang mengatur segala perbuatan sesuai dengan standar halal dan haram yang ditetapkan.


Ini adalah hasil dari pemahaman sekularisme terhadap masyarakat. Iman seorang ibu bisa menjadi lemah sampai mengabaikan fakta bahwa anak adalah anugerah dan amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dengan baik karena pada akhirnya, ia akan dimintai pertanggungjawaban atas pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya oleh Allah SWT.


Selain itu, patriotisme dan nasionalisme sebagai ikatan persatuan yang didasarkan pada sistem kapitalis dan berlandaskan Pancasila justru membuat masyarakat terpecah belah dan tidak saling peduli satu sama lain.


Pancasila hanyalah sebuah fikrah nasihat dan bukan ideologi. Namun, dalam kenyataannya, nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata tidak terwujud. Salah satu poin dalam Pancasila yang menyatakan persatuan Indonesia, di mana persatuan itu ada?


Faktanya, masyarakat saat ini masih individualis dan hanya memikirkan diri sendiri, tidak peduli pada orang lain. Kerabat dekat dan tetangga sibuk dengan urusan mereka sendiri sehingga tidak memperhatikan ibu yang sedang kesulitan dengan kehamilannya.


Inilah kebobrokan sistem kapitalis yang hanya memperhatikan kepentingan pemilik modal daripada kepentingan rakyat. Bahkan lebih ironisnya lagi, tidak ada upaya yang dilakukan untuk menemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi oleh rakyat seperti insiden ini.


Jika permasalahan ini terus diabaikan, jumlah ibu yang rela membunuh anaknya sendiri demi keseimbangan ekonomi akan semakin meningkat. Sebenarnya, menjadi tugas negara untuk menyelesaikan permasalahan rakyat dan menjamin kesejahteraan mereka.


Faktor utamanya adalah aturan, dan oleh karena itu, aturan harus diganti dengan aturan yang sesuai dengan fitrah manusia, yaitu aturan yang berasal dari Sang Pencipta bukan dari sesama ciptaan. Karena Sang Pencipta lebih tahu kelebihan dan kelemahan ciptaannya, tidak mungkin ada kesalahan dalam aturan-Nya. Sedangkan aturan yang dibuat oleh manusia, karena sesama ciptaan, pasti akan memiliki kesalahan.


Penerapan sistem Islam di bawah naungan negara telah terbukti kegemilangannya dan kejayaannya selama lebih dari 13 abad. Dalam sistem Islam, negara berperan sebagai perisai yang melindungi perempuan dari berbagai kesulitan, termasuk kesulitan ekonomi. Negara wajib menjamin kesejahteraan ibu dan anak melalui berbagai mekanisme, antara lain:


1. Jalur nafkah: Perempuan tidak diwajibkan untuk mencari nafkah. Ia berhak mendapatkan nafkah dari suaminya atau walinya. Dengan begitu, seorang ibu dapat menjalankan fungsi utamanya dan mengatur rumah tangga tanpa terbebani untuk menanggung beban ekonomi keluarga.


2. Dukungan masyarakat: Prinsip taawun dijunjung tinggi dalam masyarakat Islam.


3. Mekanisme negara: Negara akan memberikan santunan kepada warga yang terkategori fakir atau miskin.


Hanya sistem Islam yang dapat mewujudkan kepedulian karena Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan secara merata.


Sistem ekonomi Islam dengan 12 pos pemasukan menjamin negara (Khilafah) memiliki dana yang cukup untuk menyejahterakan rakyatnya, termasuk memberikan santunan kepada fakir dan miskin.


Dengan penerapan syariat kaffah dalam Khilafah, kaum ibu akan memiliki kesehatan jiwa dan raga sehingga dapat memberikan kasih sayang dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Inilah pondasi untuk menciptakan generasi Islam yang cemerlang.


Wallahualam bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar