FDMPB—Rasa kepedulian dan keprihatinan pada Indonesia ternyata mampu dilukiskan dengan bahasa sastra. Sajian unik dan menarik dalam puisi yang dibacakan intelektual yang sekaligus sastrawan, Dr Ahmad Sastra (Dosen Pascasarjana UIKA Bogor) di Forum Diskusi Online oleh Doktor Muslim Peduli Bangsa, Sabtu (15/8/2020) pukul 08.00-11.30 WIB.
Dalam sepotong kerupuk. Dr Ahmad Sastra merangkai dengan kata-kata yang mencerahkan dan mencerdaskan. Sangat dekat dengan nuansa kebatinan rakyat Indonesia. Jangan sampai Indonesia dalam nestapa seperti yang sudah-sudah. Berikut isi puisi yang menyentuh hati:
NESTAPA SEPOTONG KERUPUK
Oleh : Ahmad Sastra
Menggema teriakan kata merdeka
Dari sudut-sudut kota
Dari sudut-sudut desa
Merah putih berkibar dimana-mana
Sebagai penanda bangsa merdeka
Katanya......
Jika merdeka itu benar
Maka ekonomi bangsa ini mestinya makmur
Mengingat bangsa ini kaya akan sumber daya alam
Jika merdeka itu benar
Maka mestinya rakyat tak jadi babu di negeri orang
Namun faktanya itu adalah ilusi
Nestapa bagi rakyat
Kekayaan negeri ini justru dikuasai asing
Rakyat hanya kebagian sepotong kerupuk
Sepotong kerupuk yang diikat tali
Tangannyapun diikat
Baru boleh menikmati kerupuk dengan mulutnya
Sesekali tali itu digoyang
Hingga sepotong kerupuk itu sulit dinikmati
Inikah kata merdeka itu
Di saat para penjajah berebut kekayaan alam milik rakyat
Ribuan ton emas digerus tanpa sisa
Jutaan barel minyak bumi dihisap tiada tara
Sementara rakyat disuguhi sepotong kue kering
Diikat di pucuk pohon pinang
Basah dan licin oleh oli bekas
Rakyat telanjang dada seperti budak romusa
Berebut meraih sambil menginjak sesamanya
Sesekali terjatuh dan tertimpa badan yang lain
Tulang remuk, kulit lecet, roti kering tak terbagi
Karena terjatuh diatas lumpur basah
Inikah kata merdeka itu
Nestapa sepotong kerupuk
Adalah cermin kemiskinan rakyat
Adalah cermin ketidakberdayaan rakyat
Dibawah neokolonialisme serakah
Inikah kata merdeka itu
Nestapa sepotong kerupuk
Adalah cermin
Atas ketidakberdayaan bangsa ini
Atas keterjajahan bangsa ini
Atas kesengsaraan rakyat jelata
Hanya kebagian sepotong kerupuk
Itupun hanya setahun sekali
Tak pula langsung diberikan
Tapi diikat dan dipermainkan
Nestapa sepotong kerupuk
Adalah cermin
Bangsa ini
Nestapa
Sepotong
Kerupuk
Itupun hanya setahun sekali
====
Pembacaan puisi ini menambah pemahaman dari sudut pandang lain terkait kondisi negeri ini. Sementara itu, acara masih berlangsung dan disaksikan lebih dari 400 penonton online.[hn]
0 Komentar