Home

Temukan Informasi Terkini dan Terpercaya di PojokKota.com: Menyajikan Berita dari Sudut Pandang yang Berbeda, Menyajikan Berita Terkini Tanpa Basa-basi! www.pojokkota.com

DIALOGIKA: Mahasiswa Mengkonstruksi Peradaban Cemerlang

"Kurang apalagi Islam dalam menyelesaikan problem yang dihadapi umat?", tanya retoris Bung Rizqy pada Dialogika edisi bulan Maret 2023, yang berjudul 'Mahasiswa Mengkonstruksi Peradaban Cemerlang'. Diadakan di pojok kampus besar di Surabaya, Dialogika dihadiri oleh Bung Andi Faiz Naufal Zain selaku Wakil Ketua UKMKI 39 Unair Kabinet Ash-Shaff dan Bung Rizqy Aminullah selaku PW GEMA Pembebasan Jatim, dihadiri juga oleh para mahasiswa dari berbagai kampus di Surabaya. 

Acara dimulai oleh moderator Akbar Assagung selaku PD GEMA Pembebasan Surabaya dengan salam khas black orange troops, 'Salam Kehancuran Ideologi Kapitalisme, Salam Kematian Ideologi Sosialisme Komunisme, Salam kebangkitan Mabda' Islam'. Selanjutnya, para pembicara memaparkan mengenai bagaimana peradaban cemerlang dan bagaimana membangunnya kembali dalam perspektif masing-masing.

Bung Faiz memaparkan, dalam membangun suatu peradaban, hal fundamental yang harus dimiliki ialah soal bagaimana memandang masyarakat. Peradaban Barat memandang bahwa cukup menjadi good citizen, yakni masyarakat yang taat aturan dan mematuhi norma sosial. Yang dilihat oleh peradaban yaitu masyarakat secara keseluruhan sebagai kelompok komunal. Berbeda dengan Islam yang memandang bahwa tidak cukup menjadi good citizen tapi harus menjadi good man juga. Yang dimaksud dengan good man ialah secara pribadi tiap warga negara juga memiliki kepribadian yang baik atau istilah lainnya shalih. Sehingga, Islam mempunyai konsep fundamental yang lebih komprehensif dibanding dengan konsep Barat. 

Melihat konteks kampus dan mahasiswa, masalah yang dihadapi iaalah krisis akhlak, krisis kepemimpinan, krisis keteladanan, dan krisis kepakaran. Hal ini ada kaitannya dengan status kampus yang berubah dari tempat menimba ilmu menjadi tempat pelatihan untuk mendapatkan pekerjaan yang berorientasi materi. Sehingga, yang dirasakan dalam dunia pendidikan tinggi yakni hilangnya adab yang menjadi sebab turunnya berkah dan rusaknya ilmu yang menjadi penyebab malfungsinya dalam penggunaan untuk membantu kehidupan manusia. Hal ini juga diperparah dengan administrasi kampus yang rumit dan menyengsarakan. Setelah ditilik lebih dalam, maka masalah utamanya yakni neoliberalisme dan manajerialisme yang buruk. Sehingga, ruh dari perguruan tinggi mengalami mati suri yang tidak bisa dibangkitkan lagi. Oleh karena itu, seharusnya mahasiswa mempunyai sudut pandang yang luas yang dapat membuat perubahan sehingga marwah kampus kembali seperti sedia kala. 

Selanjutnya, moderator memantik pembicara kedua mengenai peradaban Islam yang maju itu berada dalam platform Islam yang bersumber dari wahyu, sedangkan peradaban Barat yang bersumber dari pikiran manusia apakah bisa menyamai? Lalu, pembicara kedua merespons dengan: "Apakah ada kekurangan dalam Islam? Kurang apalagi Islam dalam menyelesaikan problem yang dihadapi umat?". 

Slogan yang dikoar-koarkan oleh pengemban demokrasi itu hanya cover belaka. Dengan diterapkannya demokrasi di Indonesia selama kurang lebih 77 tahun ini, mengapa SDA yang ada di alam Indonesia belum bisa dinikmati dengan maksimal oleh warganya?

Sedangkan Islam yang sudah terbukti 13 abad memimpin dunia malah didiskreditkan dan malah dikompromikan dengan paham-paham yang bertentangan. Inilah sebab mengapa kerahmatan Islam secara sempurna dan bagi seluruh alam belum bisa dirasakan sepenuhnya. 

Sesi selanjutnya yakni diskusi. Para partisipan yang hadir memberikan tanggapan ataupun pertanyaan atas tema yang sedang dibahas. 

Penanggap pertama, yakni Norman dari PIKNIK bertanya: "Bagaimana menyampaikan kepada mahasiswa mengenai Islam itu lebih asyik, lebih relate dengan kehidupan mahasiswa?" 

Dilanjut dengan tanggapan dari Rayhan dari mahasiswa STKIP Al Hikmah, "Islam itu ibarat karakter di game yang overpower, ketika suatu karakter overpower maka secara sistem akan dikurangi kekuatan atau kemampuannya agar pemain yang lain dapat melawannya. Begitu pula dengan Islam, dengan syariat yang dibawa syamilan dan kamilan maka secara sunnatullah Islam akan dikurangi kekuatannya sehingga lawan merasa kekuatan mereka di atas angin."

Kemudian pembicara menanggapi pertanyaan yang disampaikan, diawali oleh Bung Faiz. Beliau menjawab: "Style dakwah itu perlu penyesuaian terhadap zaman kini, style dakwah itu bisa berubah mengikuti perkembangan zaman. Jadi kita berdakwah sesuai dengan bahasa kaum, bisa dengan style pembicaraan mahasiswa. Mengenai problematika yang ada, kita tidak cukup hanya melontarkan masalah-masalah yang ada, dakwah harus konstruktif, ketika menyuarakan permasalahan maka kita juga menyediakan solusi".

Lalu, Bung Rizqy juga menanggapi bahwa kita dijegal kenyataan. Masalah yang dihadapi itu tidak sesederhana itu, masalah yang dihadapi kini itu kompleks dan sophisticated sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan juga solusi yang komprehensif. 

Selanjutnya, Bayu dari mahasiswa manajemen FEB Unair menanyakan perihal terjadinya konflik yang ada semasa pergantian kekuasaan dari bani umayyah ke abbasiyyah. "Apakah sebagai manusia hidup dan berkuasa bahkan di sistem yang disebut Islami pun tidak dapat menghindari potensi keburukan yang menggoda?" 

Direspon oleh Bung Rizqy, suasana yang kita hadapi sekarang itu tidak membuat keburukan seakan keburukan, kebaikan seakan kebaikan. Di zaman ini dibolak-balik antara dua hal tersebut. Berbeda dengan zaman umayyah dan abbasiyyah yang pada zaman itu kebaikan diletakkan sebagaimana adanya dan keburukan juga. Pada zaman itu, yang ribut berantem berebut kekuasaan hanya pasukan dan pendukung antara dua kelompok tersebut, sedangkan warga biasa dan kaum cendekia hidup sebagaimana adanya dan tidak termasuk korban dari adanya konflik itu. 

Penanggap terakhir, Andriyan dari alumni Uinsa menyatakan bahwa pembahasan mengenai peradaban sangat menarik. Pada zaman peradaban Islam, dakwah ialah poros kehidupan rakyat dan dakwah memiliki tujuan besar agar sistem benar lestari.

Di akhir acara, para pembicara menyampaikan closing statement. Dimulai dari Bung Faiz, dalam melihat kondisi sekarang itu harus komprehensif, melihat akar masalah, dan mencari solusinya. Mengenai dakwah, juga harus mendapat pengakuan publik, sehingga apa yang disuarakan juga dapat diterima oleh umat. Dilanjut oleh Bung Rizqy dengan pertanyaan, apakah bisa mengatur orang dengan berbagai background yang berbeda di berbagai tempat untuk menjadi peradaban yang maju? Dengan model pemikiran apa yang dapat menyanggupinya, kalau bukan pemikiran dari Al-Quran dan Hadis?

Dialogika pun ditutup dengan membaca doa kafaratul majelis. Setelahnya, para pembicara dan peserta berfoto bersama untuk mengabadikan momen. [AA]





Posting Komentar

1 Komentar

  1. Heran, Islam sebagai solusi malah tidak dijadikan jalan kehidupan bagi bangsa ini...

    BalasHapus